<p>JAKARTA&nbsp;– Miliarder terkenal Warren Buffett memiliki cara tersendiri dalam mengajarkan nilai kekayaan kepada keluarganya. Menurut pengakuan mantan menantunya, Mary Buffett, Sang “Oracle of Omaha” pernah mengganti kebiasaan memberikan uang saat Natal menjadi hadiah berupa saham perusahaan.</p><p>Perubahan tersebut dilakukan dengan tujuan jelas. Buffett ingin menanamkan pemahaman tentang pentingnya investasi jangka panjang. Ia berupaya mendorong keluarganya untuk tidak hanya menjadi konsumen yang menghabiskan uang, tetapi juga menjadi pemilik aset yang mampu berkembang.</p><p>Metode ini terbukti memberikan edukasi finansial yang kuat, terutama mengenai manfaat pertumbuhan melalui bunga majemuk. Berikut lima pelajaran bernilai dari strategi pemberian hadiah tidak biasa yang diterapkan CEO Berkshire Hathaway itu, yang akhirnya mengubah cara keluarga memandang uang dan investasi.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-inspirasi/dunia-melawan-food-waste-dari-upcycle-makanan-sampai-supermarket-sampah"><strong>Dunia Melawan Food Waste: Dari Upcycle Makanan Sampai Supermarket 'Sampah'</strong></a></li></ul><h2>1. Jebakan Uang Tunai</h2><p>Awalnya, Buffett memberikan uang tunai sebesar US$10.000 (sekitar Rp155 juta) kepada setiap anggota keluarga. Namun, ia menyadari bahwa uang tersebut seringkali habis digunakan untuk konsumsi sesaat, menghilang lebih cepat daripada kertas kado di pagi Natal.</p><p>Mary mengenang bahwa begitu mereka menerima uang tunai, mereka langsung membelanjakannya. Hal ini membuat Buffett menyadari bahwa memberikan uang tunai tidak efektif dalam mengajarkan nilai pengelolaan kekayaan atau prinsip penundaan kepuasan (<i>delayed gratification</i>) kepada generasi penerusnya.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-ekbis/bea-keluar-emas-15-bisa-dorong-lapangan-kerja-baru-di-hilirisasi"><strong>Bea Keluar Emas 15 Persen Bisa Dorong Lapangan Kerja Baru di Hilirisasi</strong></a></li></ul><h2>2. Transisi ke Aset Produktif</h2><p>Menyadari hal itu, Buffett mengubah taktiknya secara drastis. Ia mulai memberikan saham senilai US$10.000 dari perusahaan yang baru dibelinya, seperti Coca-Cola. Instruksinya sederhana namun menguji kedisiplinan: penerima bebas memilih untuk langsung menguangkannya atau menyimpannya.</p><ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/tren-global/cloudflare-down-pakar-alarm-bahaya-untuk-keamanan-siber-global"><strong>Cloudflare Down, Pakar: Alarm Bahaya untuk Keamanan Siber Global</strong></a></li></ul><p>Langkah ini memaksa anggota keluarga untuk berpikir sebagai pemilik bisnis. Mary memilih untuk menyimpannya karena ia percaya pada penilaian Buffett. Sejak saat itu, hadiah saham menjadi tradisi tahunan yang selalu dinantikan, termasuk saham Wells Fargo.</p><h2>3. Kekuatan Compounding Interest</h2><p>Keputusan untuk menyimpan saham terbukti memberikan hasil eksponensial berkat kekuatan bunga majemuk (compounding). Sebagai ilustrasi, saham Wells Fargo yang pada tahun 1990 diperdagangkan sekitar&nbsp;US$1 per lembar, kini telah melonjak menjadi sekitar&nbsp;US$85 per lembar.</p><p>Hadiah Natal Buffett senilai&nbsp;US$10.000&nbsp;pada waktu itu—yang kira-kira setara dengan&nbsp;10.000 lembar saham—kini akan bernilai sekitar&nbsp;US$850.000&nbsp;atau sekitar&nbsp;Rp14,2 miliar. Angka fantastis tersebut bahkan&nbsp;<i>belum</i>&nbsp;memasukkan akumulasi dividen yang diterima selama lebih dari tiga dekade kepemilikan.</p><h2>4. Lingkungan Pendidikan Finansial</h2><p>Tradisi ini didukung oleh lingkungan keluarga yang sangat fokus pada investasi. Mary mengenang bahwa di rumah Buffett, topik pembicaraan selalu berpusat pada investasi dan analisis perusahaan, terutama ketika rekan-rekan bisnis Buffett datang berkunjung ke rumah.</p><p>Percakapan-percakapan intensif inilah yang membentuk pola pikir Mary. Hal tersebut kemudian menginspirasinya untuk menjadi penulis buku&nbsp;<i>bestseller</i>, menerjemahkan strategi investasi Buffett agar mudah dipahami oleh investor ritel melalui buku populer seperti "Buffettology".</p><h2>5. Filosofi Kepemilikan vs Konsumsi</h2><p>Kisah hadiah Natal ini merangkum inti pandangan dunia Buffett. Ia mengajarkan bahwa uang tunai akan hilang jika dibelanjakan, sementara kepemilikan aset (saham) akan terus bertumbuh dan melipatganda seiring berjalannya waktu jika dikelola dengan sabar.</p><p>Ini adalah manifestasi dari filosofi investasi nilai (<i>value investing</i>). Buffett menekankan pentingnya membeli kepemilikan dalam bisnis berkualitas baik dan menahannya. Hadiah termahal baginya adalah pendidikan finansial, bukan kemewahan instan yang memuaskan sesaat.</p><blockquote><p>Tulisan ini telah tayang di <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.id/read/bukan-uang-tunai-ini-alasan-warren-buffett-hadiahkan-saham-coca-cola-saat-natal">www.trenasia.id</a> oleh Alvin Bagaskara pada 22 Nov 2025&nbsp;</p></blockquote><blockquote><p>Tulisan ini telah tayang di <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://balinesia.id/read/unik-ini-alasan-warren-buffett-hadiahkan-saham-coca-cola-saat-natal">balinesia.id</a> oleh Redaksi pada 26 Nov 2025 &nbsp;</p></blockquote>

JUSTINA.png

Warren buffet dan Charlie Munger

Unik! Ini Alasan Warren Buffett Hadiahkan Saham Coca-Cola saat Natal

Warren Buffett mengubah tradisi hadiah Natalnya dari uang tunai menjadi saham perusahaan untuk mendidik keluarganya. Langkah ini mengajarkan filosofi investasi jangka panjang dan menghindari perilaku konsumtif sesaat.

Warren Buffett Ungkap Alasan di Balik Tradisi Memberi Saham Coca-Cola sebagai Kado Natal