Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw saat menerima kunjungan dari Dubes Jerman. (Foto:Istimewa)
Sekitar Kita

Bahas Kerukunan dan Perdagangan, Wagub Steven Kandouw Terima Dubes Jerman

  • Bahas Kerukunan dan Perdagangan, Wagub Steven Kandouw Terima Dubes JermanMANADO - Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw mengapresiasi dibangunnya museum pertama
Sekitar Kita
Mike

Mike

Author

MANADO - Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw mengapresiasi dibangunnya museum pertama di Asia Tenggara yang terletak di Tondano, Kabupaten Minahasa. Hal tersebut disampaikannya saat menerima kunjungan Duta Besar Jerman, Ina Lapel di Kantor Gubernur, Jumat (28/01/2022).

”Ini menjadi catatan sejarah. Karena bukan hanya se-Indonesia, tetapi se Asia Tenggara. Salut dan saya memberikan apresiasi yang tinggi,” kata Wagub Kandouw.

Ia pun menyampaikan bahwa saat bertatap muka, mereka berdialog terkait Kerukunan dan Perdagangan.

Adapun kunjungan ke daerah ini merupakan kunjungan pertama yang dilakukan Dubes Ina Lepel di luar pulau Jawa.

“Dubes Jerman sudah melihat langsung kerukunan di Sulawesi Utara. Ia tertarik dan respect terhadap kerukunan di Sulut,” ucap Wagub Sulut seraya berharap baik Jerman maupun Sulut dapat menjalin kerjasama di bidang ekonomi, pendidikan maupun teknologi serta investasi.

Sebelumnya, Duta Besar Jerman Ina Lapel, menghadiri peresmian Museum Holocaust yang dibangun komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (27/01/2022).

“Suatu kehormatan berada di Minahasa dan berpidato di pembukaan Museum Holocaust. Museum sejenis ini dibuka untuk pertama kalinya di Asia Tenggara atas inisiatif komunitas Yahudi di sini,” kata Lapel melalui Twitter.

Museum ini diresmikan bertepatan dengan peringatan hari Holocaust internasional. Lapel menegaskan bahwa Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap kejadian yang dapat menjadi pelajaran universal tersebut.

Ia juga menegaskan bahwa Jerman akan terus mendukung upaya perlawanan terhadap rasisme, anti-Semitisme, dan semua bentuk intoleransi.

Lapel kemudian mengingatkan, publik harus terus mengingat kejahatan luar biasa yang terjadi dalam Holocaust.

“Jika tidak, kita berisiko mengulanginya lagi. Namun, jika kita ingat, kita bisa menjadi sangat waspada dan langsung bertindak apabila muncul tanda-tanda kebencian rasisme dan anti-semitisme,” ucap Lapel.

Museum itu, menurut Lapel, merupakan tanda perkembangan yang baik, terutama bagi pemuda untuk proses pembelajaran sejarah.

“Museum akan menyasar anak muda sebagai sebuah pengalaman pembelajaran. Saya sangat senang bisa mengunjungi museum ini,” kata Lapel.

Holocaust merupakan insiden pembantaian, penyiksaan, dan pembunuhan massal terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi. Peristiwa itu terjadi pada 1941-1945.

Pada 27 Januari 1945, Uni Soviet memukul mundur Jerman dan mereka masuk ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Lebih dari satu juta orang dibunuh di kamp konsentrasi itu.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian menetapkan 27 Januari sebagai hari peringatan internasional untuk menghormati para korban Holocaust. (Mik)